Permanganometriiiii,,,,,,
BAB I
PENDAHULUAN
Kimia
analisis farmasi dapat didefinisikan sebagai penerapan berbagai teknik, metode,
dan prosedur kimia analisis untuk menganalisis bahan-bahan atau sediaan
farmasi. Ilmu kimia analisis tidak bisa lepas dengan bidang ilmu yang lain,
misalnya dengan ilmu statistika, terutama terkait dengan penggunaan statistika
untuk pengolahan data hasil analisis (Ibnu Gholib Gandjar, dkk. 2007).
Pada
awalnya tujuan utama kimia analisis adalah terkait dengan penentuan komposisi
suatu senyawa dalam suatu bahan atau sampel yang lazim disebut dengan kimia
analisis kualitatif. Dalam kimia analisis modern aspek-aspeknya tidak hanya
mencakup kimia analisi kualitatif, akan tetapi juga mencakup kimia analisis
kuantitatif baik dengan menggunakan metode konvensional maupun dengan metode
modern (Ibnu Gholib Gandjar, dkk. 2007).
Permanganomertri
termaksud dalam metoda titrimitri diman permanganometri merupakan suatu
titrasiyang di dasarkan pada pengukuran reaksi oksidasi dari ion permangat itu
sendiri. Dimana pada percobaan yang di lakukan pada saat praktikum di gunakan
oksidator kuat yaitu kalium permangat. (Raymond’s. 2001).
Di
mana pada percobaan ini di bagi menjadi dua bagian yaitu reaksi reduksi dan
reaksi oksidasi. Reduksi merupakan suatu reaksi di mana terjadi peneriman atau
penangkapan elektron serta penambahan hidrogen (H) dan pelepasan oksigen (O)
atau turunnya bilangan oksidasi sedangkan oksidator merupakan suatu reaksi
dimana terjadi pelepasan elektron hidrogen (H) dan penerimaan oksigen (O). (W.
Hardjadi.1985).
Kalium
permanganat (PK) merupakan oksidator kuat yang sering digunakan untuk mengobati
penyakit ikan akibat ektoparasit dan infestasi bakteri terutama pada ikan-ikan
dalam kolam. Meskipun demikian untuk pengobatan ikan-ikan akuarium tidak
sepenuhnya dianjurkan karena diketahui banyak spesies ikan hias yang sensitif
terhadap bahan kimia ini.
Bahan ini diketahui efektif mencegah flukes, tricodina, ulcer, dan infeksi jamur. Meskipun demikian, penggunaanya perlu dilakukan dengan hati-hati karena tingkat keracunannya hanya sedikit lebih tinggi saja dari tingkat terapinya. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan dosis yang tepat. Tingkat keracunan PK secara umum akan meningkat pada lingkungan akuarium yang alkalin. Potasium permanganat tersedia sebagai serbuk maupun larutan berwarna violet.
Bahan ini diketahui efektif mencegah flukes, tricodina, ulcer, dan infeksi jamur. Meskipun demikian, penggunaanya perlu dilakukan dengan hati-hati karena tingkat keracunannya hanya sedikit lebih tinggi saja dari tingkat terapinya. Oleh karena itu, harus dilakukan dengan dosis yang tepat. Tingkat keracunan PK secara umum akan meningkat pada lingkungan akuarium yang alkalin. Potasium permanganat tersedia sebagai serbuk maupun larutan berwarna violet.
Kalium
permanganat (KMnO4) merupakan alkali kaustik yang akan tersdisosiasi dalam air
membentuk ion permanganat (MnO4-) dan juga mangan oksida (MnO2) bersamaan
dengan terbentuknya molekul oksigen elemental. Oleh karena itu, efek utama bahan
ini adalah sebagai oksidator.
Dilaporkan
bahwa permanganat merupakan bahan aktif beracun yang mampu membunuh berbagai
parasit dengan merusak dinding-dinding sel mereka melalui proses oksidasi.
Beberapa literatur menunjukkan bahwa mangan oksida membentuk kompleks protein
pada permukaan epithelium, sehingga menyebabkan warna coklat pada ikan dan
sirip, juga membentuk kompleks protein pada struktur pernapasan parasit ikan
yang akhirnya menyebabkan mereka mati.
Berbagai
review dalam berbagai literatur menunjukkan bahwa kalium permangat dapat
membunuh Saprolegnia, Costia, Chilodinella, Ich, Trichodina, Gyrodactylus dan
Dactylogyrus, Argulus, Piscicola, Lernea, Columnaris dan bakteri lainnya
seperti Edwardsiella, Aeromonas, Pseudomonas, plus Algae dan Ambiphrya.
(chemical.blogspot.kalium-permanganat).
Adapun
maksud percobaan adalah untuk mengetahui dan memahami cara penentuan kadar dari
FeSO4 dengan menggunakan metode permanganometri (KmnO4).
Adapun
tujuan percobaan adalah untuk menentukan kadar FeSO4 dengan
menggunakan metode permanganometri.
Adapun
prinsip percobaan adalah berdasarkan pada reaksi (Reduksi Oksidasi) dimana
larutan (KmnO4) bersifat oksidator dari larutan uji dan sampel
bersifat reduktor dan redaksi pada larutan baku KmnO4 sampai tetap
warna pink.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Teori
Ringkas
Titrasi permanganometri adalah
titrasi berdasarkan prinsip oksidasi reduksi dan digunakan untuk menetapkan
kadar reduktor dalam suasana asam sulfat encer. Larutan baku yang digunakan
adalah larutan KmnO4 (Raymond. 2001).
Metode
permanganometri didasarkan atas reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi in i dapat dijalankan dalam suasana
asam, netral, ataupun alkalis. Jika titrasi dilakukan dalam lingkungan asam,
maka akan terjadi reaksi :
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+
+ 4H2O
Dimana
potensial oksidasinya sangat dipengaruhi
oleh adanya kepekaan ion hidrogen, akan tetapi konsentrasi ion mangan (II) pada
persenyawaan diatas tidak terlalu berpengaruh terhadap potensial redoks, karena
konsentrasi ion mangan (II) sendiri mampu mereduksikan permanganat dengan
membentuk ion mangan (III) dan mangan oksida (MnO2). Dalam suasana
asam reaksi diatas berjalan sangat lambat, tetapi masih cukup cepat untuk
memucatkan warna dari permanganat setelah reaksi sempurna. Jadi umumnya titrasi
dilakukan dilakukan dalam susana encer lebih mudah mengamati titik akhirnya.
Oksidasi
dengan permanganat dalam lingkungan asam lemah, netral, atau alkali dengan
reaksi sebagai berikut :
MnO4 +4H- +3e MnO2 + 2H2O
Disini dapat dilihat bahwa
pengaruh konsentrasi ion hidrogen agak kurang dibandingkan dalam suasana asam
(W. Harjadi. 1985).
Kalium
permanganat jika digunakan sebagai oksidator dalam larutan alkalis kuat, maka
ada dua kemungkinan bagian reaksi , yaitu pertama : reaksi yang berjalan relatif cepat :
MnO4 - + e- MnO42-
Dan reaksi kedua yang
berlangsunng relatif lambat :
MnO4 2- + 2H2O +
2 e- MnO2 +
4 OH-
Potensial
standar rekasi yang pertama adalah E0 = 0,56 volt,
sedangkan reaksi yang kedua sebesar E0 = 0,60 volt. Dengan mengatur
suasana sebaik-baiknya (misalnya menambah ion barium yang dapat membentuk
endapan barium magnet) maka reaksi pertama dapat berjalan baik sekali. Didalam
suasana alkalis, permanganat secara kuantitatif direduksi menjadi mangan
dioksida menurut reaksi berikut dengan nilai potensial standar E0 =
0,59 volt.
MnO4- + 2H2O
+ 3 e- MnO2 + 4 OH-
Dari
uraian di atas maka untuk membuat larutan baku kalium permanganat harus dijaga
faktor-faktor yang dapat menyebapkan penurunan yang besar dari kekuatan larutan
baku tersebut, antara lain dengan pemanasan dan penyaringan untuk menghilangkan
zat-zat yang mudah dioksidasi.
Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV,
larutan baku kalium permanganat hanya digunakan untuk menetapkan kadar hidrogen
proksida dengan cara sebagai berikut : Timbang saksama lebih kurang 1 ml
hidrogen proksida dalam labu terukur ( labu takar) yang telah ditara sebelumnya
dan encerkan dengan air secukupnya hingga 100ml. Pada 20.0 ml larutan ini
tambahan 20 ml asam sulfa 2 N, titrasi dengan kalium permagnat 0,1 N sampai
terbentuk warna pink permanen pertama kali. Tapi ml larutan kalium permanganat
0,1 N setara dengan 1,701 mg hidrogen peroksida. Pada penetapan kadar di atas,
reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
MnO4 -
+ 6H + 5H2O2 e- 2Mn2+ + 5O2 + 4H2O
Karena
5 mol H2O2 setara
dengan 10 elektron, maka valensinya adalah 2 sehingga berat ekivalen (BE) sama
dengan berat molekul dibagi 2 atau BE = BM/2. Untuk titrasi dengan baku kalium
permaganat yang encer maka didasarkan untuk menggunakan hidrogen ferroin. (Ibnu
Gholib. 2007).
Pada permanganometri, titran yang
digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan
tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta
telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun
lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada
volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan
kelebihan pereaksi.
Kalium Permanganat distandarisasikan
dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida
standar-standar primer. Reaksi yang terjadi pada proses pembakuan kalium
permanganat menggunakan natrium oksalat adalah:
5C2O4-
+ 2MnO4- + 16H+ → 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Akhir
titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan
permanganat.
Penetapan kadar zat dalam praktek ini
berdasarkan reaksi redoks dengan KMnO4 atau dengan cara permanganometri. Hal
ini dilakukan untuk menentukan kadar reduktor dalam suasana asam dengan
penambahan asam sulfat encer, karena asam sulfat tidak bereaksi terhadap
permanganat dalam larutan encer.Pembakuan KMnO4 dibuat dengan melarutkan KMnO4
dalam sejumlah air, dan mendidihkannya selama beberapa jam dan kemudian endapan
MnO2 disaring. Endapan tersebut dibakukan dengan menggunakan zat baku utama,
yaitu natrium oksalat. Larutan KMnO4 yang diperoleh dibakukan dengan cara
mentitrasinya dengan natrium oksalat yang dibuat dengan pengenceran kristalnya
pada suasana asam. Pada pembakuan larutan KMnO4 0,1 N, natrium oksalat
dilarutkan kemudian ditambahkan dengan asam sulfat pekat, kemudian dititrasi
dengan KMnO4 sampai larutan berwarna merah jambu pucat. Setelah didapat volume
titrasi, maka dapat dicari normalitas KMnO4.
Pada permanganometri, titran yang
digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan
tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta
telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun
lebih.. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada
volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan
kelebihan pereaksi (Day, 1980).
Kalium permangatat sukar diperoleh
secara sempurna murni dan bebas sama sekali dari mangan oksida. Lagipula, air
suling yang biasa mungkin mengandung zat-zat pereduksi yang akan bereaksi
dengan kalium permanganat dengan membentuk mangan dioksida serta bukanlah suatu
larutan standar primer. (weebly.materi-redoks)
Dalam larutan asam,
permanganat(VII) akan tereduksi sehingga tidak berwarna dan bilangan
oksidasinya menjadi +2 (ion mangan(II)
(Mn2+)).
8
H+ + MnO4− + 5 e−
→ Mn2+ + 4 H2O
Dalam larutan basa
kuat, permanganat(VII) akan tereduksi, warnanya menjadi hijau, dengan bilangan
oksidasi +6 (manganat
MnO42−).
MnO4−
+ e− → MnO42−
Dalam larutan netral, ion ini akan
tereduksi sehingga bilangan oksidasinya menjadi +4, warnanya hijau (mangan dioksida
MnO2).
2
H2O + MnO4− + 3 e− → MnO2
+ 4 OH−. (wikipedia Permangana).
Zat
organik air dioksidasikan dengan KMNO4 direduksikan oleh asam
oksalat . Kelebihan asam oksalat dititrasi dengan KMNO4. (Materi
Kimia Penetapan Angka Permanganat)
B.
Uraian
Bahan
1. Aquadest
( Fi edisi III hal 96)
Nama Resmi :
AQUA DESTILLATA
Nama Lain :
Air Suling
Bm / RM : 18,02 / H2O
Pemerian : Cairan
jernih, tidak berwarna, tidak
berbau
dan tidak berasam
Penyimpanan :
Dalam wada tertutup rapat
Khasiat : Pelarut
2. Asam
Sulfat ( Fi edisi III hal. 58)
Nama Resmi :
ACIDUM SULFURICUM
Nama Lain : Asam Sulfat
Bm / RM : 98.07 / H2SO4
Pemerian : Cairan kental, seprti minyak, klorofom
Tidak
berwarna jika ditambahkan
air
menimbulkan panas
Penyimpanan :
Dalam wada tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
3. Kalium
Iodida (Fi edisi III hal 330 )
Nama
Resmi : KALIUM
IODIDUM
Nama
Lain : Kalium iodida
Bm /
Rm : 166.00 / KI
Pemerian
: Hablur heleahedial transparan atau
tidak berwarna opak dan putih atau
serbuk butiran puti hidroskopik
Kelarutan : Sangat mudah
larut dalam air lebih
mudah larut
dalam air mendidi,
larut dalam etanol
95 % P Mudah
larut dalam gliserol P
Penyimpanan :
Dalam wada tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
4. Kalium
Permanganat ( Fi edisi III hal 330)
Nama
Resmi : KALII PERMANGANAS
Nama
Lain : Kalium permanganat
Bm /
RM : 158,03 / KMnO4
Pemerian
: Habrur
mengkilap unggu tua hampir
lebur tidak berbau, rasa manis sepat.
Kelarutan : Larut
dalam beberapa bagian
air
mudah larut dalam air mendidih
Penyimpanan : Dalam wada
tertutup rapat
Khasiat :
Sebagai penitran
BAB III
METODE KERJA
A.
Alat
dan Bahan
1. Alat
yang digunakan
a. Botol
Pengencer
b. Buret
c.
Erlenmeryer
d. Gelas
kimia
e. Gelas
Ukur
f.
Labu ukur
g. Lap
halus
h. Lap
kasar
i.
Neraca analitik
j.
Penganas air
k.
Pipet tetes
l.
Saringan asbes
m. Sedok
tanduk
n. Statif
o. Kertas
perkanen
2. Bahan
yang digunakan
a. Aquadest
b. Asam
sulfat
c. Besi
sulfat
d. Kalium
permanganat
B.
Cara
Kerja
1. Disipkan
alat dan bahan yang digunakan
2. Ditimbang
0,6 gram FeSO4 kemudian dilarutkan dengan 25 ml aquadest lalu
asamkan dengan 10 ml asam sulfat 2 N
3. Kamudian
titrasi dengan larutan baku kalium permanganat (KMnO4)
4. Hitung
kadar FeSO4
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.
Tabel
Pengamatan
No
|
Perlakuan
|
Bobot
Sampel
|
Vol.
Titrasi
|
Perubahan
Warna
|
1
2
3
|
I
II
III
|
0,6 mg
0,6 mg
0,6 mg
|
0,8ml
0,6 ml
0,7 ml
|
Kuning
muda Coklat
Kuning
muda Coklat
Kuning
muda Coklat
|
B.
Reaksi
yang terjadi
1.
Mno4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + 4H2O (Dalam
asam lemah)
reduksi
oksidasi
C.
PEMBAHASAN
Titrasi permaganometri adalah titrasi
berdasarkan prinsip oksidasi reduksi dan
digunakan untuk menetapkan kadar reduktor dalam
suasana asam. Sukfat encer larutan baku yang digunakan adalah KMnO4 atau metode permaganometri dalah didasarkan pada reaksi oksidasi
ion permaganat oksidasi ini dapat
dijalankan dalam suasana asam. Netral dan
Alkalis.
Pada percobaan permaganometri sampel
yang digunakan adalah besi sulfat ( FeSO4) dengan berat samapel 0,6
gram atau 600 mg dan volume titrasi yang didapat adalah 0,8
ml, 0,6 ml dan 0,7 ml. Dengan larutan
pentiternya adalah larutan kalium
permanganat (KMnO4) sehingga menghasilkan perubahan warna dari
warna kuning muda menjadi coklat.
Pada percobaan ini didapat persen kadar
dari FeSO4 pada volume
titrasi 0,6 ml adalh 0,50 % dan pada volume titrasi 0,7 ml adalah 0,59 % serta
persenk kadar rata-rata adalah 0,58 %
sehingga dalam percobaan ini nilai kadar % dari FeSO4 jauh berbeda dengan leteratur pada farmakope
indonesia edisi III dimana % kadar FeSO4
pada literatur yaitu ≤ 80 %.
Adapun faktor-faktor kesalahan yang
dilakukan pada percobaan ini yaitu :
1. Pembuatan
larutan baku yang kurang tepat
2. Kurang
teliti pada percampuran larutan
3. Kurang akurat dalam penimbangan bahan
BAB V
P
E N U T U P
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil percobaan yang dilakukan maka
dapat di simpulkan bahwa :
1.
Persen kadar FeSO4 pada volume titrasi 0.8 ml adalah 0,67 %
2.
Persen kadar FeSO4
pada volume titrasi 0,6 ml adalah 0,50 %
3.
Persen kadar FeSO4
pada volume titrasi 0,7 ml adalah 0,59 %
Dari hasil yang didapat diatas maka
dapat disimpulakan persen kadar FeSO4 yang didapat
tidak siknifikan dengan literatur yang ada yaitu Farmokofe FI Indonesia
Edisi III, Dimana diyatakan bahwa persen
kadar FeSO4 dalah ≤ 80,0 %.
B. Saran
Saran
kami Jika dalam melakukan percobaan dalam laboratorim kami mengharapkan asisten mengdampingngi dan mengarahkan kami dalam melakukan setiap percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes Ri. Jakarta
Ghalib, Ibnu. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Svetila.Gr. 1990. Vogol Jilid II Analisis
Kulitatif: Jakata
Tim. Dosen. 2011. Penuntun Kimia Analisis. Universitas indonesia Timur. Makassar
Reamond’s.2001.Analysis Chemistry Of Pharmacy.Pharmacy Science Of Colletion:
Makassar.
Yasid. Estien.2005. Kimia Fisika Untuk Farmasi. CV Ardi Offeset. Jakarta
W. Harjadi. 1985, Iimu Kimi Analitik Dasar.PT. Gramedia Pustaka Utama: Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar